Ber-diskusi di-hari Minggu yang cerah ini di-temani se-cangkir kopi dan rokok sudah pasti dengan salah seorang yang sudah ku-anggap mentor-ku selama ini, yang kerap aku panggil Oom Broer di studio musik milik-nya, seorang musisi tua tapi dengan se-gudang pengalaman dan skill yang edan (sampai sekarang dia masih di-sponsori sama Yamaha Music lho). Aku men-dapat-kan refleksi, sesuatu yang aku yakin bisa mem-buat-ku lebih kuat menapaki kehidupan ini. π
Awal-nya sih karena aku mem-pertanya-kan kepada-nya, alasan yang menguatkan-nya meng-hadapi ke-kalutan demi ke-kalutan yang di-alami-nya selama hidup.
Dia tidak men-jawab apa-apa, tapi malah mengambil sebuah buku tua yang berisi catatan-catatan-nya, termasuk lirik-lirik lagu ciptaan-nya, serta beberapa catatan kecil, dan dia menunjuk-kan kepada-ku satu kalimat.
βCourageous, untroubled, mocking and violent-that is what Wisdom wants us to be. Wisdom is a woman, and loves only a warrior.β – Friedrich Nietzsche (bukan untuk di-percaya tapi untuk di-lakukan)
Persis seperti itu-lah yang ter-tulis di buku tua-nya, dan ini yang bikin kening-ku meng-kerut dalam-dalam, bingung meng-artikan makna dari kalimat atau lebih tepat di-sebut quote tersebut. Soal-nya, ilmu-ku tentang Nietzsche tidak ada, tidak seperti penggemar fanatik Nietzsche yang satu ini π
Dia ter-senyum ke-padaku, memahami ketidak-mengertian-ku, dan sambil memain-kan Piano Sonata In A Major-nya Mozart dengan keyboard Yamaha-nya dia men-jelas-kan kalau:
“Menjalani hidup itu kita harus berani dalam arti-an berani ber-jalan sendiri, berani menunjuk-kan kalau kita bisa, kita mampu, tanpa harus me-minta-minta, tidak hanya meng-gantung-kan hidup pada orang lain, ter-masuk kepada orang tua. Berani mengambil keputusan, sepahit apa-pun keputusan itu
Juga tidak boleh gelisah meskipun sedikit, apalagi kalau harus menunjuk-kan-nya kepada orang lain. Karena kegelisahan hanya akan membuat kita semakin terpuruk dalam situasi yang semakin buruk.
Dan ya, sekali-sekali kita juga perlu meng-gertak orang, untuk menunjuk-kan kalau kita juga manusia, bukan binatang, dan ini sering terjadi ketika orang sama sekali tidak memandang kita sebelah mata sekali-pun.
Mungkin juga suatu saat kita harus bisa berani melawan dengan bengis, meng-hadapi tekanan demi tekanan dari orang-orang yang tidak ber-tanggung jawab. Dari orang-orang yang hanya tahu enak-nya saja, tidak pernah merasa-kan betapa pahit-nya hidup di-dunia yang liar ini di-atas kedua kaki sendiri.”
Aku merasakan semburat merah ke-marahan dari wajah-nya tapi masih tetap dengan ke-teduhan dan ke-sabaran seorang yang sudah cukup makan asam garam dunia ini. (Ini yang sampai sekarang aku tidak bisa mengerti, kemampuan untuk bisa mengatur dua gejolak emosi yang ber-tentangan dalam waktu ber-samaan π )
“Ah ya, dan yang ter-penting, belajar-lah terus dan bukti-kan kalau kamu bisa. Tidak perlu melihat orang lain, tapi ber-kaca-lah pada diri sendiri.
Dan oh iya, pemikiran Nietzsche itu emang bagus buat di-pelajari tapi bukan untuk di-percayai lho”
Oh, ini arti-nya kalimat yang ada dalam kurung pada quote di-atas. Aku tidak bisa ber-kata-kata lagi, hanya bisa men-dengar-kan saja, tapi dalam hati aku ber-kata, aku harus bisa seperti itu. Aku ter-sadar dari lamunan-ku ketika Oom Broer memanggil-ku dan menunjuk-kan foto-foto-nya di masa muda waktu dia masih ber-musik di Jakarta, bahkan ada foto di sebuah studio ketika mereka lagi jammin’ dengan dewa gitar Indonesia, Ian Antono – GodBless, Drummer Murry – Koes Plus, dan beberapa lain-nya. Meskipun dia akhir-nya memutuskan untuk pulang kampung saja, membuka les dan studio musik, agar anak-anak kampung-ku juga bisa menjadi musisi yang hebat. “Karena kalau bukan kita, siapa lagi“, begitu jawab-nya dulu, ketika aku menanya-kan tentang hal itu.
Terima Kasih Oom Broer, buat mengajar-kan aku satu hal lagi, hari ini, dan ini adalah sebuah refleksi buat-ku yang mem-buat-ku lebih segar dan semangat meng-hadapi hidup π
[catatan: gambar waktu lagi kami jam session bareng di suatu acara, bawa-in lagu Still Got the Blues (For You)-nya Gary Moore]”
Filed under: Cerita-Ku, Dengar-Ku, Extremus-Militis, Musik-Ku | Tagged: Cerita, hidup, musik, quote |
Bagaimana kalo sang penggemar panatik ini vertamaxx dolo?
Wah, kebijaksanaan versi Eyang Nietzsche ternyata bagus juga nih untuk direfleksi. Bagi para eksitensialis *Bung qzink666 mungkin termasuk di dalamnya kali, yeeeah* keberanian untuk berekspresi memang *halah sok tahu aja nih* menjadi –tidak hanya sekadar simbol– media untuk bereksistensi dalam menjalani hidup dan kehidupan. Zarathustra, tokoh fiktif Eyang Nietzsche itu, telah membuktikannya. Bravo Zarathustra dan Nietzsche!!!
*Jangan lantas diartikan jadi pengagumnya, lho, ya, hehehehe π *
ehem eheeemmm…
moda alim On nih mus?
π
@qzink666
*tendang yang vertamax ke mars*
tidak ter-kecuali penggemar fanatik-nya π
eh, btw, itu quote-nya bagus juga yaks, asal keberanian-nya bisa di-pertanggung-jawab-kan dan logis, bukan sekedar berani-berani-an kan? π
@Sawali Tuhusetya
Yupe seperti-nya emang begitu Pak Guru, bagi-ku ini adalah sebuah refleksi yang men-cerah-kan. Mudah-mudah-an yang lain juga merasakan hal yang sama.
Tapi yah seperti kata si Oom Broer, di-pelajari dan di-laku-kan tapi jangan di-paksa-kan untuk di-percayai π
@Swiwiβ’
ndak tahu ini alim atau tidak, yang penting aku merasa ter-cerah-kan π
mocking-nya di bagian mananya bro?
btw…. kapan albumnya launching nih? rugi dong udah ngejam sama om Broer π
———————
Emank bener….
Kalau kita tidak mau belajar sama yg lebih tua, lalu kita mau belajar sama siapa….????
jadi inget sama orang tuaKata bijak yang bagus dan mencerahkan.
Jadi agak kesindir nih, he he he.
Ya deh, AYO…belajar dan tunjukkan bahwa kita bisa. Nice posting…..
Baidewei, foto om ndak ada? π
wah emang bagus banget ya?! betul harus kuat mental dan cerdas intinya sih?! punya ketegasan penting biar gak gampang dipengaruhi orang π
artikelnya bagus banget lhoh mas EM, thanks π
artikel yang extremusmilitis banget…
the best post yang buat aku merunduk dan terus merenung jga ingin terus seperti beliau
salut
*salam buat mentormu bro*
“wisdom is a woman”
ahaa…
*catet*
*setelah mikir sebentar*
lha yg cewe gimana ya? jadi lesbi dong klo mau wisdom
@mardun
Mocking-nya sengaja aku ganti dengan menggertak mas, toh inti-nya sama kok ya, membuat lawan lemah secara mental 8)
Wakaka, ndak pake album segala mas, lha wong kemarin itu acara-nya acara sosial kok
@blogkeimanan
Yupe, kurang lebih seperti itu mas/mbak π
@Hanna
Aku malah lebih dari ter-sindir Han, malah ini jadi cemeti π
Dan mudah-mudah-an kita bisa sama-sama melaksanakan-nya yaks, Thanks Han π
@rozenesia
Kembali, di-crop dengan sukses bro, demi kemaslahatan umat… π
Tapi lihat tuh yang lagi megang gitar tangan-nya kan masih kelihatan kan?
Btw, kok ndak pake Abu-Abu-an lagi? π
@yonna
Aku yakin juga seperti itu Na, dan thanks buat appraise-nya π
@almascatie
Thanks bro, dan pasti akan aku sampai-in salam-nya…dia pasti senang, dan tahu ndak biasa-nya kalau aku sampai-in salam ke si Oom, dia pasti ngomong gini “Gila aja, masa tua-tua begini masih dikirim-in salam, kok ndak kirim doa gitu lho“, π
Jangan kelamaan merenung yaks, kita masih harus berbuat bro π
walah ketinggalan yang punya-nya CY itu, udah gitu ada dua lagi π
@CY
Halah, ndak jelas komen-nya, *ngirim lesbi ke-tempat CY* π
weks
π―
walah.. salam hormat dan kagum sayah gitu lho
jangan bikin ke-bayut-anku menjadi semakin santer di bloggerπΏ
@almascatie
Wakaka, di-copy dengan baik bro
*ngirim info ke Departemen Penerangan* πbisa nge blues oom??
mau dunk belajar π
dan menjadi berkat bagi sekitarnya π
Bagaimanapun, saya belajar banyak dari perkataan Om Broer ini. π
maksudnya itu lho…, kalo wisdom-nya woman trus warrior-nya juga women kan jadi… π
Seperti Bu Kek Siansu
@’K,
π³ dikit Jenderal, waduh ndak tahu ini apa bisa ngajarin, ntar malah Jenderal yang ngajarin aku aja yaks
@sigid
Dan juga menjadi lilin di-tengah kegelapan ya bro π
@Mihael “D.B.” Ellinsworth
Aku juga bro π
@CY
Ya…ya…
tidakdi-mengerti dengan jelas π@goop
Iya yah, memilih untuk menyendiri di Pulau Es
Bro, kalau tidak berkeberatan tolong yang komentar di atas dihapus ya. Kacau gitu … masak kecoret semua
Mmmm Nietzsche ya?
Wisdom=wanita dan pasangan wanita adalah pria, jadi buat yang ingin menjadi pasangan (friend) dari sang wanita
sambil nunjuk bro extremusmilitis yang sudah pengen nikahmaka silakan baca apa kata Zarathustra berikutPhilosophos does not mean “wise man” but “a friend of wisdom”. But friend must be interpreted in a strange way: the friend, says, Zarathustra, is always a third person in between “I” and “me” who pushes me to overcome myself and to be overcome in order to live
Ga nyambung sama isi postingan ya? kekeke maapzx kalau OOT
Saya pikir bukan menyendirinya paman, tapi ini :
Ketenangannya, kemampuannya dan kemauannya untuk membagi, mengajar dan menerangkan.
*maaf kalo salah*
@deKing
Gpp kok bro OOT yang penting nilai filosofi dari quote itu juga keren lho.
Ternyata dalam hidup kita tidak bisa hidup sendiri, kita harus bisa saling mengisi satu sama lain, dan itu baru yang di-nama-kan hidup *make sense* apa bukan begitu secara harafiah-nya bro? π
Ya…ya, yang ini emang harus bener-bener di-coret, sekali lagi penyesatan umat π
@goop
Ah, ternyata yang ini, ya…ya…ndak salah kok goop, malah aku yang harus minta maaf karena ndak bisa nangkep, thx goop
Soal-nya kan Bu Kek Sian Su, punya segudang kebaikan dan tindakan yang bisa kita ambil hikmah-nya π
kukira itu foto aslimu…
nyahahahahaha….
*blok semua qu0tes om broer*
.
.
*ctrl+C*
.
.
*bukak word processor*
.
.
*ctrl+V*
.
.
*ctrl + S*
.
.
waaa…. musmus keren…..
Enak ya… berada dekat dgn orang” hebat yg dapat membuat Mas bercermin. π
@myresource
pasti, akan seperti itu juga pada saat-nya nanti π
@hoek
silah-ken bro
@itikkecil
π³
@goes
Aku juga ber-syukur kok Goes π
Tuh udah, smile-nya udah muncul, sekalian aku udah hapus komen konfirmasi-nya yaks π