Kamu Expatriat Aku Expert

Menggelikan, sungguh menggelikan. 👿

rumblebees2 Orang-orang itu yang katanya para Expatriat, secara pengertian umum adalah pekerja-pekerja asing yang bekerja di Indonesia, adalah orang-orang buangan pilihan dari negara-nya yang di-kirim untuk mem-bagi-kan apa yang di-sangka di-ketahui-nya kepada orang-orang yang menurut mereka lebih bodoh. Sekaligus dengan ke-ingin-an untuk mem-bantu, tapi ter-nyata hanya buat buang-buang duit saja dengan gaji gede dan fasilitas yahud…

Ternyata, mereka, orang-orang itu tidak lebih dari sekedar udang-udang yang ber-tubuh manusia, yang membawa otak udang-nya kemana-mana. Yang hanya pintar bicara kosong tapi ndak punya isi apa-apa. Aku, berani mengatakan kalau sebagian besar dari mereka para expatriat, khusus-nya mereka yang datang bukan dari background spesialisasi khusus (Engineer, IT, Doctor, Mechanical, dll), seperti misal-nya Admin, Programme Manager, Finance, Logistic, HR sekalipun adalah orang-orang bodoh yang ber-nasib baik.

Percaya atau tidak, ter-serah anda. Tapi jika yang ter-jadi seperti ini:

  1. Mereka menganut prinsip NATO. Bukan pakta pertahanan Atlantik yang terkenal itu yang aku maksud tapi, No Action Talk Only . Kerja-nya cuma meeting dan meeting tapi ndak ada hasil sama sekali. Jangan-kan hasil, action aja ndak ada kok 😦
  2. Giliran ada masalah, baru deh teriak-teriak, “Kamu kan orang Indonesia, kamu harus-nya bisa menyelesai-kan masalah dengan bangsa-mu sendiri“. Setannnn!!!. 👿 . Padahal, mereka kan yang bikin masalah, sok tahu, dan di-awal-awal maksa buat implementasi sistem yang mereka anut ntah dari negara mana, dan di-paksa buat di-terapin di negara ini. Ya, jelas ndak bisa semudah itu, harus pelan-pelan kan? Namanya juga sistem yang baru. Sekarang pas ada masalah karena sistem yang mereka terap-kan gagal total, plus di-ancam bunuh sama masyarakat, baru mereka keok, dan nyodorin orang lain. 😕
  3. Dengan mudah-nya menilai sesuatu, baik atau buruk-nya padahal dia sendiri ndak ngerti apa-apa. Contoh-nya ini nih yang ber-bau technical, Masa sih listrik yang kekuatan-nya mencapai 33.000 W, di-sama-kan cara ngerjain-nya dan instalasi-nya dengan listrik 25 W. Goblok bener 😕
  4. Katanya pengalaman-nya selangit, udah bekerja di banyak negara, ketemu dengan banyak orang yang pinter-pinter, termasuk dia sendiri ngaku-nya pinter, trus sudah sering menggunakan alat-alat ber-teknologi canggih, mulai dari yang manual ampe yang portable menggunakan jasa satelit. Kenyataan-nya, ketika laptop-nya ndak bisa connect ke network udah ngamuk-ngamuk, teriak-teriak, katanya network di sini rusak, lelet, ndak becus management IT-nya. Sial-nya bukan karena masalah network itu sendiri melainkan tombol wireless di laptop-nya sendiri di-mati-in ama dia 👿
  5. Giliran dia mo download sesuatu pake P2P/Torrent, biar koneksi se-lelet apapun, mereka akan selalu ter-senyum, dan ndak pernah komplain. Tapi pas dia-nya mo ngirim atawa nerima email, mulai deh, mencak-mencak kaya kucing kepanasan. Padahal emailnya itu bisa lambat, karena dia ngirim attachment ampe 2 Mb, udah gitu sekalian P2P/Torrent-nya masih jalan terus dengan mulus 👿 Ya gimana mo cepat 😕
  6. Dan masih banyak lagi…yang aku yakin ndak bakal muat di-sini.

Nah, bagaimana menurut anda-anda semua, apakah masih ber-pikiran kalau para expatriat itu hebat, pinter, orang-orang pilihan, yang disebar-sebar-in ke seluruh dunia buat mem-bantu orang lain?, atau-kah mereka tidak lebih dari sekumpulan orang-orang yang membawa otak-nya yang ber-ukuran cukup besar tapi ternyata isi-nya kosong?

Aku memang tidak mau men-general-isasi hal ini, karena memang tidak semua seperti itu. Aku lebih menekan-kan kepada mereka-mereka yang kerja-nya di-bidang support, ya Admin, HR, Logistic, Finance, Project Manager, Programme Manager. Tapi, berdasar-kan pengalaman-ku dan survey-ku meskipun tidak pake kuesioner ter-tulis, aku berani menyimpul-kan kalau 90% dari para expatriat itu, ternyata hanya orang-orang ber-gaji sangat-sangat gede, tapi kerjaan-nya ndak becus, dan ndak punya otak. Bahkan mungkin para pahlawan devisa kita di negara-negara lain jauh lebih pintar dari mereka. 😦

Bagaimana dengan teman-teman yang lain? Apa ada yang memiliki pengalaman sama dengan-ku? Atau mungkin lebih baik? Atau bahkan lebih buruk?

[catatan: gambar di-ambil dari sini]

58 Tanggapan

  1. tampilan bule ga selalu lebih baik dari lokal
    LOCAL CONTENT NEVER DIE!!

  2. Wedew.. mas ektrim, ga semua bule begitu kok.
    aku kerja sama expat tapi dia baik2 aja… tapi ga tau jg siy… mungkin beda kalee ya, antara bule yang kerja di-bidang support, ya Admin, HR, Logistic, Finance, Project Manager, etc sama Bule yang kerjaannya penulis dan buka usaha publishing.

  3. Kliatannya lg jengkel beneran nih… 😀
    Hidup expert!!! 😆

    *Puter Yngwie: Attack*

  4. @caplang™
    Yupe bro: LOCAL CONTENT NEVER DIE :mrgreen:
    Dan ini sudah aku bukti-kan 😉

    @nana
    Aku juga tahu kok ndak semua begitu, dan aku kan ndak mau juga men-general-isasi-nya ko Na
    Tapi, seperti aku udah katakan di postingan-nya kalau untuk bagian support tersebut, yah, seperti itu-lah yang aku temu-kan ber-dasar-kan pengalaman-ku bekerja ber-sama dengan mereka 🙂
    Mudah-mudah-an teman-mu itu ndak seperti itu yaks 🙂

    @jensen99
    Iya nih bro, jengkel TOTAL!!! 😈
    Wah keren tuh sambil dengerin: “ATTACK!!!”
    *gedein volume ampe maximum* :mrgreen:

  5. Makanya jadi expat juga bro. :mrgreen:

  6. Kalau tujuan utama mengimpor para expatriat untuk ikut memberikan “pencerahan” bagaimana membangun sebuah kinerja dan etos kerja andal, wah, bisa dipastikan akan memberikan nilai tambah buat bangsa kita. Tapi, kalau malah jadi beban, yak, menurutku lebih baik stop saja. Kan mending digunakan untuk memberdayakan warga sendiri. Saya yakin bangsa kita mampu kok Bung Militis. Hanya peluang dan kesempatan saja yang nggak pernah diberikan. Selama ini masih muncul kesan seolah-olah semua yang serba luar luar negeri pasti hebat. *Halah* agaknya perlu ada perubahan paradigma bahwa bangsa kita sendiri sebenarnya mampu. OK, salam.

  7. expatriat itu apa ya ?? apa bedanya sama expansi ?? apa hubungannya sama exkrim ?? lalu apakah dy adalah suaminya extremusmilits ?? ihihhiii…

    *dielus2 mas emus

  8. @danalingga
    ini juga sedang di-usaha-kan dengan cara seksama kok bro :mrgreen:

    @Sawali Tuhusetya
    Itu dia Pak Guru, sebenar-nya bangsa ini juga mampu, tapi lagi-lagi ke-tidak percaya-an yang bikin asset SDM bangsa kita kurang di-pake, nah sial-nya ini di-manfaat-in sama mereka expat-expat bodoh itu 😦

    @nieznaniez
    *halah* sana gih minum ex-tra joss… 😈
    *ngelus-ngelus niez* 😳

  9. Setuju banget….Mereka menang bahasa Inggris doang….padahal otaknya kagak..

  10. @rasyid
    tidak semua emang, tapi sebagian besar seperti itu 😐

  11. Sial-nya bukan karena masalah network itu sendiri melainkan tombol wireless di laptop-nya sendiri di-mati-in ama dia

    Lho itu kan hanya masalah sepele, makanya mereka tidak tahu. Mereka kan tahunya masalah2 yang rumit :mrgreen:

    Saya setuju dengan komentar Mbak Nana, tetapi semoga juga “kasus” seperti yang diceritakan Oom Mus bisa memberikan pencerahan dan sedikit membuka mata beliau2 untuk memberi kesempatan lebih pada putra bangsa

  12. ga semua lhoo Mas..
    saya kerja ama bule di dalam dan luar Indonesia Raya ini. baek2 saja.. emang ada sih sedikit di otak saya menilai mereka itu ternyata ga lebih jago dari kita.

    Tapi,.. saya rasa itu masalah atitude sahaja. Sama saja ama orang lokal juga. Ada yang gaya-nya selangit, tapi otaknya kosong dan hatinya kisut. Ngelirik2 yang di gedung rakyat sono..

    Mumpung sama2 lagi pengen memaki .. 😐

  13. Percaya nggak, kalau ada expatriat yang digaji sekian ribu dolar hanya untuk ngecek tekanan ban kendaraan? Kalau gak salah, dulu pernah baca di sebuah milis yang dkenal sangat memiliki integritas.
    Soal pengalaman dengan expat, aku dulu sering menggunakan account mereka untuk akses internet dari pabrik. Maklum, internet hanya bagi para expat, sedangkan kita-kita, jangankan internet, tempat duduk saja nggak dikasih. Ternyata kebanyakan dari mereka, mengganti password untuk login ke account mereka saja nggak bisa.

  14. Ada lagi yang ngeselin. Aku bikin usulan untuk improvement sistem kerja di salah satu unit, oleh seorang expat diketawain. Nggak realistis lah, nggak bisa secara teknis lah. Giliran aku rotasi ke unt kerja lain, eh tahu-tahu ide itu dia jalankan, tentunya atas nama dia juga. Sapa yang nggak sebel!

  15. Tapi nggak semuanya seperti itu kok. Ada orang finance controller, yang dia itu benar-benar profesional, dan perhatiannya terhadap anak buah sangat besar. Kalau pas lembur stock taking, pasti dia ikutan lembur, dan ada saja makanan yang dia bawa. Juga atasan langsungku, dia sangat peduli dengan anak buahnya. Mau jenguk yang sakit, serta make sure bahwa asuransinya betul-betul cair. Secara berkala juga ngajak piknik on his account. Dan dialah satu-satunya yang melepas aku secara personal waktu aku resign.

  16. Masa sih listrik yang kekuatan-nya mencapai 33.000 W, di-sama-kan cara ngerjain-nya dan instalasi-nya dengan listrik 25 W. Goblok bener

    😆 😆 😆

    *ngakak sampe multi… multi apa ya? multitask aja deh… :lol:*

  17. Ehm..
    Lagi dongkol yach sama expat-expat yang ditulis berotak udang itu? Sabar yach, sabar….
    Mungkin ga semua kaya gito, lho. Ada yang profesional dan memang ada yang hanya menang
    tampang rapi dengan kemeja plus jas kerennya.

    @Deking
    Mereka tahu masalah-masalah berat semisalnya tentang Homo…
    Wakakakkaka.

  18. betewe, kamu iri sama mereka yang expatriat itu ya Mus?
    iya kaaaan?
    karena disamping gajinya lebih gede, mereka juga lebih cepet laku, iya kaaaan?

    *kabooor ke dalam pelukan Farid :mrgreen: *

  19. Thema ini memang nyata, Bro. Gue juga setuju. Tetapi ini juga erat kaitannya dengan mental, sosial dan budaya.

    Bangsa kulit putih masih banyak dipuja kok oleh kalangan negara miskin dan berkembang.

    Emang sih ngga semua begini. Tetapi gue berani mengatakan, lebih mayoritas seperti ini.

    Belajar dech menghargai kemampuan dan kecakapan bangsa sendiri. 🙂

  20. Posting situ emang ada benernya…
    Banyak temen sayah nyang mengalaminya…

    Kebetulan sayah belom seghhh….
    Maklum, Sayah Orang Nyang Ndak Ada Kerjaan…

  21. waduh itu blom seberapa bro.. ditempat kerja saya lebih parah lagi, ampir semuanya expat cuma 3 orang aja yang pribumi. tapi ternyata skill mereka ga hebat2 amat, cuma bedanya mereka jago banget bahasa inggrisnya.. *ya iyalah wong dari mbrojol udah ngomong inggris* 😛
    dan budaya ‘NATO’ itu emang pegangan kuat mereka.. karna dari kecil mereka dididik untuk berani bicara didepan orang walaupun salah.
    beda dengan sistem kita yg dari kecil rata2 takut buat bicara didepan umum, saat sekolah pun jarang anak2 kecil kita yg berani maju kedepan kelas untuk bicara, walaupun udah banyak ide2 cemerlang di otaknya.. sayang idenya ga pernah keluar gara2 takut diledek temen ataupun takut salah and diomelin guru..

  22. Mungkin memang mesti dilakukan survey secara ilmiah. Tapi rasa2nya rada sulit collecting datanya. Soalnya soal bagus atau tidak nya seorang expat memang ga bisa dinilai secara kasat mata saja, yang kesannya kaya’ penjajah .. perintah sana, perintah sini. NATO gitu deh seperti yang Extrem bilang.

    Setahu abang, kedatangan mereka juga sebagian dari package deal dari investor asing yang menanamkan modal mereka di Indonesia. Sisi baiknya .. seperti di Balikpapan .. banyak warga kita yang nikah dengan bule .. 😀

  23. Maaf paman extrem, pernah membaca buku dewa-dewa pencipta kemiskinan??
    Disana akan lebih lengkap, dan data-datanya juga 😀
    semua diungkap, hanya sayang kejadian-kejadian yang terjadi sudah lama 😦
    Memang kadang menjemukan mereka ini, mari kita tendang saja :mrgreen:

  24. @deKing yang pura-pura hiatus lagi
    He-e yaks King, yang simple aja oon gimana mo yang rumit, eh kewalek ama isi koment kamu yaks :mrgreen:

    bisa memberikan pencerahan dan sedikit membuka mata beliau2 untuk memberi kesempatan lebih pada putra bangsa

    Seharus-nya sih seperti ini bro, biar mereka ndak dengan gampang teriak “Kamu kan orang Indonesia” 😦

    @leksa
    Bener sih, ndak semua seperti itu. Aku yakin masih banyak juga yang jauh lebih baik.
    Sekarang aku meng-hadapi justru orang-orang yang attitude-nya buruk dan ini udah aku alami 5 tahun terakhir. Pertanya-an-ku, kenapa kok yang seperti itu bisa-bisa-nya nyasar ke sini? Apa proses rekrutmen-nya yang salah? Atau-kah mereka yang ter-lalu pintar ngomong sehingga bisa mengelabui HR?
    *catatan: aku juga tidak mengatakan kalau aku lebih baik dari mereka, biar-kan orang lain yang menilai*

    @Dee
    Hohoho percaya bro, di-tempat-ku ada kok yang seperti itu meskipun tidak se-ekstrim ini.

    @Dee lagi?
    Hahaha, itu biasa bro, mengambil ke-untung-an di-atas pen-derita-an orang lain. Aku juga melihat tipikal seperti itu dari orang-orang itu di-sini 😦

    @Dee lagi? dan lagi?
    Sekali lagi bro, tidak semua seperti itu, masih ada juga kok yang emang profesional, tapi aku lebih menemukan ini pada orang-orang dengan spesialisasi technical seperti Engineer, Dokter, IT staff.
    Sedang-kan yang bikin kesal itu departemen lain yang ndak jelas itu,ya Admin, ya Logistic, ya dll. Padahal kalau mereka sadar, departemen mereka itu-lah yang men-jadi tiang penyangga ke-berlangsung-an kantor ini. 😐

    @Mrs.Fortynine
    *ikut-an ngakak ampe multi-orgasme* 😈

    @Hanna
    Aku juga sadar kalau emang ada yang baik ada yang buruk Han.
    Tapi mungkin minggu ini adalah akumulasi ke-kesalan-ku yang udah numpuk.
    Btw, thanks. Semoga aku bisa lebih sabar ya Han 😦

    @Mrs.Fortynine lagi?
    Maksa narik Siwi dari pelukan-nya Farid 😕
    *mo di-jadi-in sate* 😈

  25. @Dewa Dewi
    Peng-hargaan kita ke mereka mungkin sih tidak masalah, sepanjang mereka juga bisa meng-hargai dan mereka juga emang bener-bener punya kemampuan.
    Tapi dengan cara mereka yang bodoh itu, semua-nya jadi omong kosong aja. Itu tuh yang bikin kesel.

    @mbelgedez
    Dan apa-kah mereka mengalami ke-kesal-an seperti yang aku alami ini Mbel? 🙄

    Sayah Orang Nyang Ndak Ada Kerjaan…

    *pukul-pukul Mbel pake Pizza* 😈

    @brainstorm
    Yupe, seperti-nya aku akur dengan pendapat-nya bro 😉
    Seperti itu juga yang aku analisa…

    @erander
    Secara ilmiah, pasti susah sih bang buat narik kesimpulan ini, tapi aku yakin suatu saat nanti para psikolog kita bakal buat kuesioner tentang ini. Aku ber-harap, biar jadi bahan per-timbang-an buat semua orang 8)

    package deal dari investor asing yang menanamkan modal mereka di Indonesia. Sisi baiknya .. seperti di Balikpapan .. banyak warga kita yang nikah dengan bule .. 😀

    Hmmm, seperti menancap-kan kuku begitu bang? karena ketakutan mereka kalau di-tangan orang Indonesia, modal mereka bakal di-obok-obok? 🙄
    Wakaka, itu juga bagus yaks bang, jadi proses evolusi bangsa kita bisa melahir-kan keturunan bule juga 😆

    @goop
    Maaf, aku belon pernah baca Goop. Apa kamu punya bukunya? 🙄
    Mungkin bisa kirim soft-copy-nya kalau emang ada 8)
    *ikutan nendang* 😉

  26. masalahnya mental bangsa kita masih minderwardeeg dengan yang namanya bule. Rendah diri dan inferior saja. Kita tidak pernah percaya dengan kemampuan bangsa sendiri. Saya merasakan sekarang betapa sulitnya situasi ketika banyak pekerja film asing bertebaran di Indonesia, baik yang ilegal atau legal. Sutradara asing yang nggak bisa bahasa Indonesia bisa bisanya membuat sinetron, film iklan..padahal justru sebenarnya kita yang lebih mengerti budaya lokal.

  27. ups..tampaknya mas X sedang emosi sekali..ya mungkin nasib situ bro bergumul dengan expat yang low quality.hehe..soalnya kalo pengalaman gw kerja ama expat kebetulan sangat menyenangkan 😀

  28. saya jadi berpikir untuk menggaet expatriat.. 😆 😆

  29. Bahkan mungkin para pahlawan devisa kita di negara-negara lain jauh lebih pintar dari mereka. 😦

    Pahlawan devisa…
    aku selalu merasa miris dengan sebutan begitu lho, apalagi kalo dengarnya pas di pidato-pidato resmi.

    Pahlawan sekarang kan dalam bentuk donasi dan surat rekomendasi negara donor 😛

  30. otak mereka dialokasikan untuk hal yang lain donks .
    ngga cuman buat mikirin koneksi

  31. Orang kitanya juga sih.. Asal bule aja, pasti dibilang bagus… Jadinya ya gituw deh.
    Padahal bisa jadi, tuh bule-bule cari makan disini karena emang gak kepake di negaranya..

  32. ada 4 jenis:

    1. expatriat yang expert;
    2. expatriat yang gak expert;
    3. gak expatriat tapi expert;
    4. gak expatriat gak expert alias kutukupret :mrgreen:

    moga2 aja kita termasuk golongan nomer 3, jangan sampai turun pangkat ke nomer 4….hehe

  33. Kok aku keingat pemain asing yang merumput di klub bola Endonesa ya? 😆

  34. kesel banget ya bro 😀
    piss ah…

  35. *masih menendang*
    Deuh, kalo softcopy tidak ada itu 😦
    kemaren dapetnya, di kalangan …
    argh, pake fasilitas lain saja bro!
    ada beberapa hal, yang harus saya tepati pada-mu
    khawatir salah 😀
    saya tunggu, bila memang berminat.

  36. kek cover film bokep… :mrgreen:

  37. Bodoh bgt tuh bule.. hikhikhik.. malu2in aja.. waduhh kalo status saya disini (kerja di mly) expatriat atau apa ya (yang pasti TKI, kan Tenaga KErja Indonesia juga.. hehehe)

  38. @iman brotoseno
    Waduh ter-nyata expansi mereka udah nge-rambah filem juga yaks Mas? Edan. Apa masih kurang skill dari anak bangsa kita, apa masih kurang cita-rasa seni dan budaya anak bangsa kita yang notabene adalah pemilik bangsa ini? Kok orang-orang pada menggayut di pundak para orang-orang asing itu sih 😕

    @tukangkopi
    Iya yah, kali aja ini emang lagi nasib buruk…
    Tapi ada juga kok sebenar-nya Expat yang bagus, bahkan sangat-sangat pintar dan baek, hanya saja sayang-nya jumlah-nya gak lebih dari jumlah jari-jari kaki dengan ratio 1:1000

    @cK
    Halah jujur aja Chik. Hayo…Kamu pasti milih Expert-nya kan? bukan Expat-nya? 8)

    @alex
    Memang miris bro, tapi setidak-nya mereka secara tidak langsung ber-buat sesuatu buat negara kita. Meskipun yah mereka sering malah jadi korban, dan bangsa ini tidak pernah peduli. Lho jadi OOT yaks? 🙄

    Pahlawan sekarang kan dalam bentuk donasi dan surat rekomendasi negara donor 😛

    Tanya-ken-apa? 😛

    @Funkshit
    Ntu dia, kerja buat kemanusiaan, tapi kerja download torrent 😕

    @qzink666
    Aku pikir juga begitu bro, dan bisa jadi juga begitu 🙄

    @yonna
    Halah, aya-aya wae si Yonna mah. Eh, tapi bener juga tuh list-nya :mrgreen:
    *biar orang lain yang menilai aku masuk nomor berapa* 8)

    @rozenesia
    Bermain dengan segudang pujian tapi tidak bisa meng-hasil-kan apa yaks bro? 😉

    @syafriadi
    Lebih dari kesel bro… 🙂

    @goop
    Wah boleh bro, ntar aku Japri aja yaks…
    Thanks sebelum-nya yaks bro 🙂

    @SirArthurMoerz
    Ya…ya…memang 😈

    @AdityaWirawan
    Wah itu ber-arti expatriat juga nama-nya tuh. Tapi sebenar-nya sih tidak masalah asal-kan tetap profesional itu akan lebih baik 😉

  39. waduh saya tidak pernah kerja sama expat jadi nggak ngerti,
    tapi tabahkan hatimu nak…..dia emang gitu orang nya. sabar yah…cup..cup…cup

  40. Kalau orang asing kerja di Indonesia namanya ekspatriat, kalau orang Indonesia kerja di negara asing, namanya te-ka-i. Nasibnya, bagai bumi dan langit. Tapi ada juga lho te-ka-i yang moncer, macam Aditya Wirawan atau Rovicky

  41. pengalaman kerja sama orang ekspatriat yah?

  42. CONTENT IS THE KING!!!
    *kalo mo mbikin blog…*
    .
    .
    ups..OOT yah?
    .
    .
    .
    *ditendang ke neraka*

  43. mus, lagi ada masalah ya?
    tidak semuanya seperti itu. Yang jelek adalah mental orang kita sendiri yang merasa rendah diri dan menganggap mereka lebih hebat. Padahal sebenarnya kualitas orang kita kan gak kalah.

  44. @bedh
    iya…iya…ini juga udah sabar bahkan sangat sabar kok 😈

    @Dee
    Sebenar-nya kan istilah-nya di-mana-mana ya expatriat. Indonesia aja yang make istilah itu.
    Dan ya, jadi expatriat/TKI itu sebenar-nya bagus, sangat bagus, asal kita bisa profesional, dan gak sekedar makan gaji buta doang. 😛

    @GRaK
    lha ini juga lagi kerja dengan mereka, yang bikin darah naik ke ubun-ubun… 😐

    @hoek
    halah, datang-datang bawa musibah…
    *bener-an tendang hoek ke neraka ke tujuh paling bawah* 😈

    @itikkecil
    Masalah sih ndak Ra, dan yupe aku setuju kalau semua ndak seperti itu kok :mrgreen:

    Tapi sekarang ini emang lagi bener-bener kesel dengan para expatriat itu.
    Mungkin ini akumulasi kekesalan yang aku tahan-tahan selama ini. Tapi bukan karena aku merasa lebih rendah dari mereka, hanya karena aku selalu ber-prinsip kalau kita ingin di-hargai, maka hargai-lah orang lain ter-lebih dahulu. Tapi ini, udah di-baek-baek-in malah pada ngeyel semua, padahal mereka itu oon semua 😕
    *ya udah satu-satu udah aku ancemin lho, sekarang pada diem* 8)

  45. orang ini kemana ya?
    🙄

  46. […] Indonesia) sebenarnya bukan hal yang baru lagi. Konon, mereka ‘tertular’ gaya hidup buruh migran asal Filiphina yang ‘dituduh’ lebih dahulu membawa virus lesbi tersebut. Didukung […]

  47. […] yang pada kenyataannya seringkali kemampuan mereka tidak lebih baik dari kemampuan putra bangsa. Lha koneksi hilang gara-gara wireless tidak dinyalakan kok malahan menyalahkan network Tetapi sulit itu bukan berarti tidak mungkin kan? *meminjam perkataan […]

  48. Judulnya makin membuat saya percaya diri. Kritikan yang ok mas… kita juga bisa seperti mereka.

  49. wah ternyata ada juga ya bule yang katrok. kalo tempat saya orang2 expatriate na sering kebingunan sendiri kalo gak isa kirim email,,hihi 😀

  50. Masa sih listrik yang kekuatan-nya mencapai 33.000 W, di-sama-kan cara ngerjain-nya dan instalasi-nya dengan listrik 25 W.

    busyet.. itu org lulusan STM mana Mus?? Panggil sini biar gw setrum pake tegangan yg di ujung tabung monitor kakakak…
    *ngakak guling2*

    bentar lagi dia bilang kalo HP ga ada yg punya hardisk, ato WiFi mesti pake kabel UTP wakakaka…

  51. btw, yg di donlod pake P2P itu pasti pilem bokep ya hehehe…, jgn2 yg Maria Ozawa release terbaru hihihi…

  52. @Mrs.Fortynine
    Kenafa Wi, kangen yaks? 😈

    @undercover
    Amin bro. 😉

    @ika
    Tuh kan Ika juga punya pengalaman yang sama, dan emang bener kalau gak hanya Tukul aja yang katrok. Beda-nya Tukul mo ngaku 😆

    @CY
    Ndak tahu tuh di negara-nya sono.

    bentar lagi dia bilang kalo HP ga ada yg punya hardisk, ato WiFi mesti pake kabel UTP wakakaka…

    :mrgreen: kemungkinan ini selalu ada bro 😛

    @CY lagi?
    Tahu tuh, gak jelas mereka-mereka-nya mah 😕
    Padahal daripada ngabisin bandwidth, kan mereka bisa minta ke aku 😈

  53. *minta Maria Ozawa release terbaru sama Mus*

  54. keuntungan expat daripada lokal apa sih?

  55. 1.smua ttp kmbali soal karakter msg2. Bule ato lokal,sama aja,ada yg baik-buruk, ada yg expert tp tersisih n jd buruh,ada yg ‘beruntung’ meski tdk expert
    2. Kl ingin dihargai,hrs mghargai org lain n profesi lain bkn?????
    Betul IT,engineer,doctor itu spesialis. Tapiiii… Finance,HR, bahkan office boy n tukang kebun pun jg profesi yg hrs dhargai dooonggg. Tiap org spesialis di bidang msg2. Smua berperan dlm mencapai tujuan brsama.. Trbayang ga seeeh kl dunia ini isinya cuma org IT????????????

  56. emangnya ada ahli indon?ada internet asli indon,computer temuan indon?setau gue indon sekarang banyakan jadi babu n kuli kontrak arab,hongkong,malaysia dimana banyak indon=banyak babu binti pembokat.tapi biar babu juga sok pinter,akibatnya dipersoka arab.setau gue indon itu baru bisa nyetir mobil terus ngaku penemu dan pencipta mobil.juga internet,dan computer.indon merasa lebih hebat dari bule penemu dan pencipta.indon sampe agama juga hasil pat gulipat.katanya nyembah alloh faktanya nyembah rumah kosong.tapi ngotot.membenarkan diri.yah kalo gak begitu bukan indon namanya.ngaku merdeka malah jadi babu arab.babu cina tapi sogolnya minta ampun.begitulah indon.modebat?nih telp:021-8902688.gue tantang.umar,.

  57. wah bener tuh! sayang duit segede gtu dikasih k org ky mreka!
    emang org indo gd yg bs ky mreka ya??

  58. saya setuju dengan tulisan diatas.
    APALGI BULE2 di bali tuh…ngomongnya tinggi. persis yang ditulis diatas. mempekerjakan orang lokal se enaknya. kita digaji kecil maunya dengan kerja yang besar dan banyak. bule2 di bali yang jadi boss =anjing.

Tinggalkan Balasan ke Dee Batalkan balasan