Semut di seberang Pulau, Gajah di depan Mata

semutgajah.gifPerjalanan-ku 2 hari terakhir ini untuk urusan kerjaan, yang bikin aku gak bisa sama sekali blogwalking atau sekedar chatting dengan teman-teman, ternyata menghasilkan satu keheranan yang menunjukkan kalau ternyata masih banyak orang-orang yang bertingkah laku, yang mengingatkan aku akan kata pepatahKita bisa melihat Semut di seberang pulau, Tapi Gajah di depan Mata, tidak kelihatan

Mungkin pepatah yang udah sangat familiar di telinga kita, sejak kecil ampe sekarang mungkin udah sangat sering mendengar pepatah ini, sebuah pepatah yang sarat makna dan sangat bagus kalau emang kita bisa memahami dan ngelaksanain arti-nya.

Keheranan yang muncul begitu saja, karena ternyata orang-orang yang ku-temui saat itu sebagian besar memiliki kebiasaan seperti arti dari pepatah itu, yang seperti kita tahu, kurang lebih arti-nya: “Kita bisa menilai keburukan orang lain yang mungkin sebenar-nya tidak terlalu besar, sedang-kan keburukan kita sendiri yang lebih banyak, sengaja/pura-pura tidak kita sadari”

Ini sudah aku bukti-kan sendiri dalam perjalanan-ku ini, ketika aku mem-perbaiki alat komunikasi yang lagi rusak di satu lokasi yang lumayan jauh. Pada saat ngelakuin investigasi penyebab kerusakan, yang aku lakukan tanpa menuduh siapa-pun, dan hanya ingin tahu kronologis kejadian saja sebagai bahan laporan. Ternyata hasil yang kudapat-kan nunjukin kalau 90% dari 20 orang (hasil yang fantastis bukan ?) yang kutanyai saling menuduh satu sama lain, dan mulai menceritakan ke-burukan orang lain. Mulai dari kalimat-kalimat: “Dia tadi yang megang alat itu, dasar orang-nya sok tahu“, “Eh emang dia ngerasa di pinter“, “Dia orang yang tidak bertanggung-jawab” sampai ke kalimat: “Katanya sih dulu di kantor-nya yang lama dia juga ngelakuin hal yang sama lho“. Hebat, sangat hebat.

Padahal aku sebenar-nya gak mau tahu tentang semua keburukan-keburukan yang mereka bisikcerita-kan itu, karena tujuan utama-ku ya cuma ingin tahu apa yang menyebab-kan kerusakan sehingga ke depan bisa di-minimalisir. Dan setelah melakukan investigasi final, ternyata masalah-nya justru disebab-kan oleh kelalaian seseorang dari mereka, dan yang justru “ber-teriak” paling banyak. Setelah aku melakukan cross check dengan orang tersebut, awal-nya sih dia tidak mau mengakui, dan masih berusaha untuk mencari “korban” lain-nya, tapi setelah aku desak akhir-nya dia ngakuin juga kalau emang dia lalai.

Aku juga jadi ingat sebuah kejadian beberapa waktu lalu, ketika seorang ibu dengan lantang-nya me-maki-maki seorang janda kembang™ sebagai orang yang tidak ber-moral, tukang ganggu suami orang, tukang selingkuh, dan banyak lagi kata makian lain-nya, dan ternyata si ibu itu sendiri yang akhir-nya tertangkap tangan selingkuh di sebuah losmen pinggir pantai.

Biasa emang, sudah sangat biasa dan ini bisa kita temukan sehari-hari. Bahkan di blogosphere ini sendiri aku temukan banyak sekali tingkah yang serupa, menilai buruk orang lain, mem-fitnah orang lain, menyerang orang lain, tanpa sedikit-pun nunjukin keburukan-nya sendiri, malahan sering ngerasa paling benar.

Tapi apa pernah kita menyadari kalau ternyata sering sekali kita sendiri berbuat seperti itu?, Ketika kita merasa disudut-kan oleh sesuatu masalah, kita serta merta mencari orang lain yang bisa di-kambing hitam-kan, dan tanpa tedeng aling-aling kita bisa dengan lancar, dengan sangat lancar bahkan, mengeluarkan se-deret-an ke-salahan orang lain dari mulut kita yang kecil dan bau ini, yang belum tentu- benar atau tidak. Meskipun di satu sisi ternyata, setelah di-runut kembali kesalahan itu ternyata dari kita sendiri. Naif!.

Sebaik-nya dari sekarang kita harus sama-sama belajar, untuk lebih ber-hati-hati sebelum me-nilai orang lain, karena belum tentu kita sendiri ternyata memiliki ke-buruk-an yang lebih buruk dari orang yang kita nilai buruk.

[gambar diambil dari sini dan dari sini]


extremusmilitis TAGS: ,
Technorati TAGS: , , , ,

19 Tanggapan

  1. ah, saya malu jadi vertamax…

    😳

  2. pepatahnya yang bener itu kalo gak salah kayak gini :

    semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak

    *ga penting*
    :mrgreen:

    yah…itu karena…menyalahkan orang lain itu jauh lebih mudah daripada mengakui kesalahan diri sendiri…

    duh, MusMus makin lama makin bijak neh…

    😆

  3. tapi, pepatah yang paling bener adalah….

    semutraksasa di seberang lautan tampak kalo diliat pake teleskop, gajah di pelupuk mata nginjak

    :mrgreen:

    aseli!
    ini sampah kok!
    :mrgreen:

    *kabooor*

  4. Biasa emang, sudah sangat biasa dan ini bisa kita temukan sehari-hari. Bahkan di blogosphere ini sendiri aku temukan banyak sekali tingkah yang serupa, menilai buruk orang lain, mem-fitnah orang lain, menyerang orang lain, tanpa sedikit-pun nunjukin keburukan-nya sendiri, malahan sering ngerasa paling benar.

    ah, kadang saya juga masih seperti itu…menilai buruk orang lain seperti saya menilai pemilik blog ini, tapi maaf, saya ndak suka memfitnah orang lain…
    😆

  5. Spertinya mereka sengaja melakukan itu supaya jadi bahan gosip-an. enak kan ngegosip :mrgreen:

    Sulit memang menjaga mulut. Kadang2 tanpa disadari kata2 yg tak ingin kita keluarkan, meluncur begitu sj.

    Makanya dengan berpuasa di bulan ramadhan ini, kita dilatih untuk mengendalikan mulut dan hati, tdk berprasangka buruk thd org lain. Dan juga ngerem dikit tuk tdk menggosip. :mrgren:

  6. @Nyonya Farid
    *tendang yang vertamax dan samfah ke luar angkasa*

    semutraksasa di seberang lautan tampak kalo diliat pake teleskop, gajah di pelupuk mata nginjak

    wakakaka…. 😆
    Dan ya…ya…betul sekali itu, seperti yang punya blog ini ya? 😈 Ya…ya…ya
    *paketin ayam sakitgoreng ke rumah siwi* 😆

    @pr4s
    Betul itu pras 😉

  7. Ada yang bilang kalau “yang paling paham tentang diri kita adalah kita sendiri”.
    Tapi sering tidak seperti itu ya.
    Apalagi mendengar pengalaman diatas.
    Kadang lebih susah untuk melihat “tengkuk” kita sendiri.

  8. gambar semutnya lucu…

  9. yah…masukannya bagus banget,
    memang manusia terlalu naif y ? (nama grupe Band ??? -gak penting) apalagi sudah saatnya kita bermaaf-maafaan menyambut Iedul Fitri, mohon maaf lahir batin ya ?? 🙂

  10. Setubuh…. :mrgreen:

    kl mo menilai org lain..sebaiknya kita ngaca dulu apa kita ini dah perfect bgt.
    Tapi Kesempurnaan hanya milik Yang Empunya dunia ini. So… Jaga Hati,Mulut dan Pikiran.

    Di Bulan Mulia ini Pintu maaf terbuka lebar. Maaf maafan yuk…

    Met Idul Fitri.
    *Capek nulis comment panjang2

  11. Yah, betul sekali Bung. Manusia memang punya kecenderungan untuk melihat kesalahan orang lain dan kebaikan diri sendiri. Kesalahan sendiri dinafikan, kebaikan dan kebenaran orang lain diacuhkan, kesaalahan orang lain dibesar-besarkan. Ini yang dalam komunitas keseharian kita sering menimbulkan friksi dan konflik. Keengganan untuk bersikap jujur dan apa adanya telah menyebabkan timbulnya kesalahpahaman dan kekerasan kolektif.

    *OK, Bung, minal aidin wal faizin mohon maaf lahir dan batin*

  12. abis enak sih nyalahin orang
    palagi nyalahin kamu
    *kabuuurrrr*

  13. @sigid
    Betul itu bro, dan ini yang seperti-nya sulit untuk kita laku-in secara sadar 🙄

    @caplang™
    he-e iya gajah-nya juga 🙄

    @Sq
    Thx.
    Naif? itu band luar ya? 😆
    Iya maaf-maaf-an juga
    “Met Idul Fitri”

    @Ina
    Emang bener apa yang kamu bilang Na, tumben kali ini kamu bener opini-nya…kan biasa-nya salah tuh…
    tapi jangan sekalian nyebarin link doang 😆
    becanda kok…
    *Met Idul Fitri Juga Yak Na*

    @Sawali Tuhusetya

    Kesalahan sendiri dinafikan, kebaikan dan kebenaran orang lain diacuhkan

    Penyederhana-an yang bagus ini pak Guru, dan ya seperti itu-lah dia…
    *Mohon Maaf Lahir dan Batin Juga Pak Guru* 🙂

    @’K,
    *ngumpulin prajurit desersi buat nangkep Jenderal* 8)

  14. Wah, itu sih niat utamanya cuma karena gak mau disalahin sendirian… Sebisa mungkin kalo ‘jatuh’ ya sambil bawa orang lain juga. Makanya gitu dia ngerasa bakal jadi tertuduh, segera cari tertuduh lain… *Berusaha “menggajahkan” semut di seberang pulau, biar gak jadi gajah tunggal*

  15. Ya mereka kan takut kalau mereka mengaku ntar mereka kamu marahin dan kamu suruh untuk mengganti biaya kerusakan alat komunikasimu itu.
    Kalau aku jadi mereka itu bukan naif namanya tapi menyelamatkan diri sendiri dari pistol yang ditodongkan dikepala.
    🙂

  16. waduh, saya kok serasa di kasih cermin.

    *pulang tertunduk malu*

  17. Benar tu, sobat. Moga aja kita ga seperti itu, ya.

  18. Good post..

  19. salam kenal bos ijin ambil gambarnya ya trims

Tinggalkan komentar