Aku Juga Nggak Bodoh

thumb_I-Not-Stupid-Too- Sephia Cover Ada yang pernah nonton film “I Not Stupid Too“? yang kalau dalam bahasa Indonesia secara serabut-an di-artikan sebagai Aku Juga Nggak Bodoh. Film keren (menurut-ku) produksi negara Singapura ini benar-benar me-wakil-i apa yang saat ini ter-jadi dalam dunia keluarga dan dunia pen-didik-an yang sering aku lihat dan aku dengar. Bahkan bisa saja men-jadi salah satu alasan-ku untuk mematah-kan pendapat-ku sendiri pada postingan-ku sebelum-nya tentang hilang-nya rasa hormat ter-hadap orang tua 😐

Inti kisah dalam film ini ter-diri dari 3 poin utama yang sering kita jumpai dalam ke-hidup-an kita sekarang, dan meski-pun mungkin ini adalah cerita basbang, tapi aku yakin masih sering ter-jadi, bahkan di dalam keluarga kita sendiri.

  1. Begitu sibuk-nya orang tua pada pekerjaan-nya, sehingga sedikit-pun tidak memiliki waktu buat anak-anak mereka, bahkan untuk memahami mereka-pun orang tua tidak memiliki waktu sama sekali tidak ubah-nya seperti penjara dalam ke-luarga dengan mulut serba ter-tutup, tidak punya ke-sempat-an untuk ber-kata apa-pun dengan doktrinasi dari orang tua, bahkan waktu orang tua pun harus di beli oleh anak-nya.
  2. Tinggi-nya harapan dan per-minta-an orang tua kepada pencapaian anak-nya sehingga mem-buat mereka lupa untuk mengerti bahwa tiap anak memiliki bakat, ke-ingin-an, ke-mampu-an dan talenta-nya masing-masing. Padahal mereka sendiri tidak pernah perduli proses yang harus di-jalani oleh sang anak untuk men-jadi seperti yang orang tua mereka ingin-kan bukan seperti apa yang di-ingin-kan oleh si anak
  3. Guru yang hanya tahu meng-ajar-kan apa yang di-ketahui-nya dengan cara-nya sendiri kepada murid-murid-nya tanpa pernah mengerti ke-sulit-an-ke-sulit-an yang di-hadapi oleh murid ter-hadap apa yang di-ajar-kan plus hukuman fisik kepada murid (walau-pun ke-salah-an juga di-sebab-kan oleh murid itu sendiri), belum lagi tidak ada-nya dukungan dari keluarga dan lingkungan-nya. Yang pada akhir-nya ber-ujung pada pem-bunuh-an karakter dan citra murid

Terus terang, aku sangat ter-haru (untung tidak sampai menetes-kan air mata -> apa kata dunia? 8) ) ketika menonton film ini dari awal sampai akhir, per-juang-an anak untuk mem-bukti-kan kalau dia itu se-orang yang ber-guna, dengan proses yang panjang, dengan ke-sedih-an, ke-sakit-an, bahkan dengan jalan ke-jahat-an. Tidak ada se-orang-pun yang menyadari ke-adaan ini, sampai saat-saat ter-akhir, ketika semua-nya ber-ujung pada anti klimaks yang ter-cipta dari proses yang mereka jalani dengan semua konflik yang menyertai proses itu. Seperti ketika Ayah dari salah satu tokoh cerita yang akhir-nya harus meregang nyawa demi me-nyelamat-kan putra-nya setelah akhir-nya dia sadar akan ke-salah-an-nya dalam men-didik anak-nya persis setelah dia memukuli anak-nya dan si-anak ber-kata “Sampai kapan Ayah akan memukuli aku terus???

Nah, pada akhir film-nya yang ter-nyata ber-ujung pada happy ending, film itu men-jawab semua rasa geram, rasa heran, rasa ingin tahu dan penasaran-ku dengan:

Orang tua akhir-nya menyadari semua ke-salah-an kalau tidak bisa di-bilang ke-gagal-an mereka dalam men-didik anak-nya. Salah satu, contoh-nya seperti ke-sadar-an yang timbul dari sang Ayah setelah salah satu anak (Jerry) yang men-curi uang setelah men-jual semua yang di-miliki-nya, dan itu-pun masih kurang juga hanya untuk men-dapat-kan total uang 500 dollar yang mem-buat dia di-pukul Ayah-nya. Dan mau tahu jawaban-nya apa? Dengan ter-isak dia ber-kata: Aku mau membeli waktu-mu satu jam saja untuk menonton konser-ku. Dia melakukan ini karena dia pernah men-dengar Ayah-nya ber-kata kalau dia di-bayar 500 dollar hanya untuk presentasi selama 1 jam yang mem-buat dia tidak pernah punya waktu buat anak-nya. Yang akhir-nya mem-buat si Ayah sadar dan mereka ber-dua pun meng-hadiri konser anak-nya yang ber-jalan dengan sukses 🙂

Atau juga ketika se-orang Guru menyadari ke-kelirua-an-nya dan akhir-nya ber-alih mem-beri-kan motivasi penuh untuk belajar lebih baik kepada murid-murid-nya tanpa ber-maksud men-jadi-kan mereka bodoh dengan semua tekanan-tekanan yang sebelum-nya di-lakukan, karena sebuah pujian (tanpa harus muluk-muluk dan ber-lebihan), se-sederhana apa-pun itu, pasti ber-arti sangat besar bagi tiap orang, termasuk kita.

Dan banyak lagi, hal-hal menyentuh dan positif yang bisa kita jadi-kan pelajaran bagi kita. Untuk lebih jelas-nya, aku saran-kan silah-kan aja nonton film-nya, karena kalau aku ber-panjang kali lebar di-sini, maka postingan ini tidak akan ada beda-nya dengan sebuah resensi film semata :mrgreen:

41 Tanggapan

  1. Kirim DVD-nya ke aku, wajib. 😈

  2. Hehehe…nggak punya euy 😛
    Dulu waktu aku di Jogja aku sering minjem film di jalan Prof. Yohanes bro, lengkap dan murah, ntah ya masih ada apa nggak :mrgreen:

  3. film yang cukup edukatif, meski saya sendiri belum pernanh menontonnya, hehehehehehe 😆 di tengah kondisi perfilman indonesia yang tengah “mati suri”, masih adakah insan perfilman yang tergerak hatinya untuk memproduksi filpfilm semacam itu?

  4. wah, sepertinya bagus. *nyari nyari dvd*

  5. pinjem dvd-nyaaaa…boleh gak???

  6. jadi kapan kawin bro?

    *lha?*

  7. saya nunggu bang dana beli di ambas
    nanti pinjem yak, bang

    emang seringnya begitu yak
    orang (yg lebih) tua merasa apa yg dikatakan paling tepat
    padahal kebutuhan tiap anak akan berbeda
    dan ga mesti sesuai kata orang (yg lebih) tua

  8. ah happy ending, i like it 😀
    ada ciumannya ga Bang??!!
    *lha?*

  9. ah… pengen nonton film ini cuma gak sempat-sempat. tapi yang saya sayangkan masih banyak yang menganggap anak cerdas = pinter ilmu pasti. padahal setiap anak itu punya bakat yang berbeda-beda.

  10. Singapore yah?
    Ah, ini juga bagai makan buah simalakama..

    Nonton, ntar katanya ndak cinta produk sendiri..
    Nggak nonton, lha kok film Endonesa isinya gitu-gitu doank..

    :mrgreen:

  11. Kok baru denger judul film ini ya..
    Filem Indie kah?

  12. sebuah kritik membangun untuk orang tua khususnya…sebagai ortu anak 1, saya juga harus nonton film ini….makasih ya mas udah berbagi cerita indah ini 🙂

    *saya dukung keputusan mas EM untuk tidak menuliskan cerita ini dengan panjang lebar, karena saya gak mau kesepuluh jari tangan mas EM mengalami cedera otot :mrgreen:

  13. olala suprise tak terhingga, pas ngelirik sebelah kanan rupanya ada link aku….makasih banyak ya mas 🙂

    *kalo di multiply caranya tukeran link gimana? gaptek neh :mrgreen:

  14. Tinggi-nya harapan dan per-minta-an orang tua kepada pencapaian anak-nya sehingga mem-buat mereka lupa untuk mengerti bahwa tiap anak memiliki bakat, ke-ingin-an, ke-mampu-an dan talenta-nya masing-masing.

    Ini pasti jadi hal yg paling menyorot perhatian saya!!!

  15. @Pak Guru Sawali
    Wah kalau tentang ada apa nggak yang bisa bikin film ini, mending tanya Mas Iman aja Pak Guru :mrgreen:

    @danalingga
    He-e, iya bagus bro 🙂

    @venus
    Waduh Mbak, nggak punya DVD-nya, aku juga nonton di Celestial 😳

    @tukangkopi
    Weleh, afa ada hubungan-nya? 😕
    *siram tukangkopi pake coffee latte*

    @caplang[dot]net
    Yupe bener bro, sering sekali orang tua merasa kalau mereka lebih tahu apa yang di-ingin-kan anak-anak-nya 😐

    @goop
    Nggak pake cium-cium-an 👿
    Ini kan film untuk semua umur
    *maksa goop nyium caplang* 😆

    @itikkecil
    Ber-arti pernah denger film-nya kan Ra?
    Dan bener itu, ke-salah kaprah-an tentang kualitas IQ dan EQ se-orang anak 😦

    @Nazieb
    Halah, nggak ada hubungan-nya ama nasional-isme nih bro :mrgreen:

    @The Sandalian
    Nggak tahu juga sih bro, indie apa bukan? Tapi review-nya yang aku lihat seperti-nya film ini produk major label di Singapura dan bahkan pernah jadi nominasi Golden Globe Awards lho 😉

    @yonna
    Sama-sama terima kasih Yon 😛
    Btw, nggak papa kok jari-jari-ku demi ke-maslahatan umat :mrgreen:
    Dan satu lagi, justru aku yang sangat senang dan bangga bisa men-cantum-kan link multiply kamu di-situ, maaf kalau nggak bilang-bilang ke kamu yaks 🙂

    @adit-nya niez
    Juga perhatian-ku Dit 😐

  16. HIYAK , SUWETUJU…
    yang jelas seorang anak adalah pribadi yang independen, sekalipun terlahir dari bibit orangtuanya, tak mungkin akan sama 100 persen.
    Jadi hormati hak-hak anak, sama besarnya dengan keinginan kita untuk mendidik anak-anak kita…

  17. Oh .. di saluran Celestial Movie ya?? .. kapan tuh. Bakal diputar ulang ga ya??

  18. belum nonton 😀

  19. ah justru surprise lagi hehehe…senang dicantumin gitu 🙂

    ooo celestial movie….di tv kabel? wah jarang nengok celestial sih…senengnya AXN dan Star World….nonton amazing race asia ama heroes doang…wah ada ulangannya gak yach 😦

    tapi aku udah cukup hepi dapet sinopsisnya dari mas EM…seenggaknya udah tau intinya apaan 🙂

  20. pinjemin…. 😥

  21. jadi penasaran nih 😦

  22. nonton di celestial ya? duh…males nungguinnya…

    *nyari DVD ke mangga dua*

  23. “Begitu sibuk-nya orang tua pada pekerjaan-nya, sehingga sedikit-pun tidak memiliki waktu buat anak-anak merek”

    “Tinggi-nya harapan dan per-minta-an orang tua kepada pencapaian anak-nya sehingga mem-buat mereka lupa untuk mengerti bahwa tiap anak memiliki bakat, ke-ingin-an, ke-mampu-an dan talenta-nya masing-masing”

    Kedua hal diatas lha yang nga jarang menghilangkan identitas sang anak. Si Anak seolah cuma tameng utk EGO orang tua.
    *dalem.

    bagi dong filmnya. *pengen nonton

  24. *merencanakan untuk nyari di tempat persewaan DVD langganan … malam ini !!!*

  25. Membeli waktu orang tua, rasanya pernah dengar ini frase di lain tempat.
    Itu yang bahaya bro, wuih kasian aja ya klo anak sampe punya pikiran kayak gitu
    Akhirnya happy ending ya, duh kurang berminat ma film kayak gitu, 😈

  26. aku jadi ingat postingan ini mus
    http://suamigila.com/2007/12/cerita-3-anak-sulung.html

    Dia melakukan ini karena dia pernah men-dengar Ayah-nya ber-kata kalau dia di-bayar 500 dollar hanya untuk presentasi selama 1 jam yang mem-buat dia tidak pernah punya waktu buat anak-nya. Yang akhir-nya mem-buat si Ayah sadar dan mereka ber-dua pun meng-hadiri konser anak-nya yang ber-jalan dengan sukses 🙂

    uggghhh,…
    aaarrggghhh,….
    sniff sniff,…
    damn!!

    gue harus nonton neh!!!

  27. ahya..
    begitulah anak…

    kenapa meresensikan film beginian..
    bukan miyabi yang baru..

    :mrgreen:

  28. ah iya aku dah pernah nonton juga, aku menitikan airmata waktu itu 😥

  29. Kayaknya besok perlu mampir di video esy nih, he..

  30. “. . hilang-nya rasa hormat ter-hadap orang tua . . ”

    substansinya . . . yang harus kita hormati adalah “kebenaran”,
    sepanjang dan serumit apapun film itu . . 🙂

  31. I Not Stupid Too ini sekuel dari I Not Stupid. Gw perna nonton dua2nya. Yang I Not Stupid katanya emang sempet laris di Singapore sana.

    Satu hal yang bikin gw dongkol tapi gak bisa apa2 juga pas notnon I Not Stupid adalah, adanya satu baris dialog berbahasa Indonesia yaitu waktu ibu salah satu tokoh ngomong ke PEMBANTUnya. Yaaa… Citra bahasa indonesia di situ adalah bahasa pembantu hiks…

    Dua film ini sangat layak buat ditonton para orangtua maupun calon orangtua, untuk memahami betapa pentingnya komunikasi ortu-anak dan bagaimana hal itu berpengaruh pada perkembangan jiwa seorang anak.

    Recommended dah!!

  32. duh..beli waktu ayahnya? hiks..sedih bgt yah? kadang orangtua suka kelewatan kerja..ceritanya mau provide a better life. ternyata, uang bukan segalanya yah? kasih sayang dan perhatian ga kalah pentingnya.. (atau malah lebih penting?)

  33. Pas ….

    -Ade-

  34. Tinggi-nya harapan dan per-minta-an orang tua kepada pencapaian anak-nya sehingga mem-buat mereka lupa untuk mengerti bahwa tiap anak memiliki bakat, ke-ingin-an, ke-mampu-an dan talenta-nya masing-masing. Padahal mereka sendiri tidak pernah perduli proses yang harus di-jalani oleh sang anak untuk men-jadi seperti yang orang tua mereka ingin-kan bukan seperti apa yang di-ingin-kan oleh si anak

    Huh, mbacanya aja bikin trauma…

  35. @sandemoning
    Yupe, seperti-nya kita emang harus respek dengan anak-anak, mungkin sih harus balance, untuk men-dapat-kan hasil yang ter-baik 😉

    @erander
    Iya bang, dan nggak tahu juga tuh apa bakal di putar lagi bang 🙄
    *nyesel nggak sempat recording*

    @starboard™
    Udah sana, gih nonton 😛

    @yonna
    Mudah-mudah-an bisa nonton juga yaks Yonna 🙂

    @Abeeayang™
    Ndak ada DVD-nya 😛

    @detnot
    Mangka-nya nonton deh 😛

    @cK
    *ber-doa chika dapet DVD-nya* :mrgreen:

    @Ina
    Kurang lebih seperti itu substansi-nya Na, dan itu yang mem-bikin aku gerah 😐

    @bisaku
    Semoga dapet yaks 😉

    @anakrimba
    Nah ntu dia bro, kan kalau ampe segitu-nya emang orangtua udah ke-terlalu-an tuh 😐

    @bayu
    Weleh, ampe misuh-misuh segala, maka-nya tuh usaha-in nonton :mrgreen:

    @Moerz
    Ini forum bebas yang begitu-begitu-an yaks 👿
    *rajam Moerz*
    Kecuali kalau ter-paksa 😆

    @brainstorm
    Weleh, berarti masih lebih ter-haru situ yaks, huhuhu…

    @undercover
    Tuh bro, udah di-tunggu-in ama kasir VideoEasy-nya :mrgreen:

    @ebeSS
    Weleh, justru substansi-nya yang rada ke-balik sekali ini Mas, yang ada malah saking orangtua pengen di-hormati, malah orangtua yang ke-bablas-an nggak meng-hargai si anak bahkan mungkin me-lupa-kan anak-nya 🙄

    @emyou
    Yupe, akur, walaupun untuk masalah bahasa itu aku nggak ter-lalu ambil pusing sih, mau bilang apalagi emang bahasa Melayu kan bahasa no.2 tuh di sono 😛
    Sama-sama me-rekomendasi-kan 😉

    @lei
    Seperti-nya malah sangat penting bro, harta bisa hilang kembali tapi kasih sayang tidak akan pernah hilang sama sekali, kita aja yang harus menjaga-nya 🙂

    @Sayap KU
    Pas juga 🙂

    @jensen99
    Trauma? Kenapa bro? Emang punya pengalaman dengan ini? 🙄

  36. “Aku mau membeli waktu-mu satu jam saja untuk menonton konser-ku” .

    terkadang orang tua begitu pelit sekedar meluangkan waktu buat buah hatinya, sekedar memperhatikan atau memujinya. mudah-mudahan tidak terjadi pada kita.

  37. kadang orang tua ingin dicintai dengan cara mereka, sementara anak-anak pun menginginkan hal yang sama.
    tak sedikit yang terjebak menginginkan anaknya jadi seperti ini jadi seperti itu. begitu juga sebaliknya.
    sang anak mati2an menginginkan orang tuanya bangga terhadapa dirinya, orang tua pun mati2an tampak sempurna di mata anaknya.
    tapi tak jarang malah sama2 menanam benci dan amarah di dalam dada.

  38. @hadi arr
    Mudah-mudah-an yaks 🙂

    @bedh
    Itu-lah yang juga aku sedih-kan dan mem-buat aku rada gondok-an 😕

  39. bagusss bgtz.
    Yg paling bikin aku terharu waktu adegan “saat anak masih batita, pasti akan selalu di dukung oleh parents, “ayo, kamu pasti bisa”. Tapi semua akan berubah setelah anak2 ini dewasa.
    Hiks…
    secara i’m a mother too, aku langsung niatin dihati, Insya Allah semua nggak akan berubah, selalu mendukung dan mendengarkan anak.
    Djieee…

    Salam kenal ya

  40. orang melayu kena bersatu, baru kita boleh berjaya.melayu boleh.sapa kata tak boleh.

  41. ya Allah……………..
    aku bingung mau kmana,,,,
    aku mau bunuh diri ajah. karena hidup ini aku rasa gak ada gunanya.
    aku syang sma orng tua q. tp q dah ngcwain nya. q emg anak yang jahat ……………………………

Tinggalkan komentar