Aku Juga Nggak Bodoh

thumb_I-Not-Stupid-Too- Sephia Cover Ada yang pernah nonton film “I Not Stupid Too“? yang kalau dalam bahasa Indonesia secara serabut-an di-artikan sebagai Aku Juga Nggak Bodoh. Film keren (menurut-ku) produksi negara Singapura ini benar-benar me-wakil-i apa yang saat ini ter-jadi dalam dunia keluarga dan dunia pen-didik-an yang sering aku lihat dan aku dengar. Bahkan bisa saja men-jadi salah satu alasan-ku untuk mematah-kan pendapat-ku sendiri pada postingan-ku sebelum-nya tentang hilang-nya rasa hormat ter-hadap orang tua 😐

Inti kisah dalam film ini ter-diri dari 3 poin utama yang sering kita jumpai dalam ke-hidup-an kita sekarang, dan meski-pun mungkin ini adalah cerita basbang, tapi aku yakin masih sering ter-jadi, bahkan di dalam keluarga kita sendiri.

Yang bilang kamu bodoh itu siapa?

Pak Lik Soeharto Mati

Pak Lik Soeharto Akhir-nya dia mati. Aku tidak tahu, ber-pikir-pun dia tidak tahu
Se-andai-nya-pun dia tenang dalam mati-nya
Itu karena dia memang ingin mati dan pasrah
Kalau-pun dia tidak tenang dalam mati-nya
Itu karena memang sudah waktu-nya dia harus mati

Ter-serah dia mau atau tidak
Aku lihat terik mentari, semua sedih, tapi mereka juga ter-tawa ter-bahak-bahak dengan muka ber-semu merah
Aku rasa sengat matahari, semua senang dan tertawa, tapi mereka juga menangis sendu dengan mata bengkak me-merah

Yang ter-sisa hanya tangis dan tawa
Tapi ada juga ke-gembira-an, ke-bangga-an sekaligus ke-duka-an
Seperti kata pepatah ber-kata
“Gajah Mati Meninggal-kan Gading, Manusia Mati Meninggal-kan Budi”
Entah dia baik, entah dia buruk, biar hati, rasa dan otak yang ber-putar menebak
Baik bagi mereka, belum tentu baik untuk mereka juga
Buruk untuk mereka, belum tentu buruk bagi mereka juga

Dia pernah dengan gagah-nya naik ke Istana itu
Tapi dia juga pernah dengan menunduk lengser di-amuk mereka
Dia pernah jadi Pahlawan, semua orang ber-lomba menjilat kaki-nya
Dia pernah jadi Pesakitan, semua orang ber-lomba meng-injak-injak-nya
Kita yang memilih, di-maaf-kan atau me-maaf-kan

Akan-kah Kita Seperti Ini, Nanti???

thumb_childrenofmenimages Sore ini, aku lagi ter-paku pada se-buah film keluaran 2006 yang di-putar di HBO, sebuah film tentang hilang-nya sisi ke-manusia-an, dan bukan tidak mungkin hilang-nya sebuah per-adab-an di masa depan oleh karena tingkah manusia sendiri.

Film yang ber-judul “Children of Men[1] secara gamblang meng-gambar-kan hilang-nya moral dan juga penuh dengan warna kelam suram manusia. Di-tambah lagi dengan perjalanan panjang, penuh dengan darah, yang di-jalani oleh se-orang Ibu yang sedang mengandung dan akan me-lahir-kan se-orang bayi setelah 18 tahun tidak satu-pun bayi yang di-lahir-kan, dalam usaha menyelamat-kan sang Ibu dan bayi-nya yang di-kultus-kan sebagai ikon yang bisa menyelamat-kan zaman ter-sebut.

Jadi, ada apa dengan kita nanti ?

Harga Diri Apa Perlu Di-Kontemplasi?

thumb_kontemplasihargadiri Kita semua tahu kalau umum-nya laki-laki, pasti akan merasa sangat bangga dan cenderung sok kuat dan sok jago arogan dengan yang ada hubungan-nya sama harga diri. Semua-nya yang ber-hubung-an dengan harga diri akan sangat menentu-kan dalam ke-hidup-an se-orang lelaki. Dan seperti-nya juga perempuan tidak ada beda-nya.

Ada apa dengan harga diri?

Kenangan Tidak Selalu Baik

thumb_kenangan Ketika kita men-jalani kehidupan saat ini, sering sekali kita ter-jebak pada kisah-kisah di masa lalu kita dengan seseorang, dengan orang lain, atau-pun dengan diri kita sendiri. Sebenar-nya itu sah-sah saja, karena mungkin dengan cara itu kita bisa meng-intropeksi diri kita sendiri, agar men-jadi lebih baik.

Tapi kenangan itu tidak selalu baik…